
Paris Saint-Germain menjuarai UEFA Super Cup 2025 setelah menahan Tottenham Hotspur 2–2 di waktu normal lalu menang 4–3 pada adu penalti di Stadion Friuli, Udine, Rabu (13 Agustus 2025). Tottenham sempat memimpin 2–0 melalui gol Micky van de Ven dan Cristian Romero, tetapi Lee Kang-in (85’) dan Gonçalo Ramos (90+4’) memaksa laga ke tos-tosan. Nuno Mendes mengeksekusi penalti penentu untuk PSG. ESPN.comThe Guardian
Jalannya Laga
Spurs tampil disiplin di bawah pelatih baru Thomas Frank: rapat saat bertahan, berbahaya dari set-piece, dan efektif di transisi—hingga unggul dua gol. Pergantian PSG di 20 menit terakhir mengubah ritme. Masuknya pemain kreatif membuat Les Parisiens menekan lebih tinggi dan menciptakan kombinasi cepat di half-space; hasilnya Lee melepaskan tembakan jarak jauh yang bersarang ke gawang, sebelum umpan silang tajam di masa tambahan dimaksimalkan Ramos. Adu penalti menjadi penentu: dua penendang Spurs gagal, sementara eksekutor PSG lebih mantap. ESPN.comCartilage Free Captain
Momen Kunci
-
85’ – Lee Kang-in memperkecil ketertinggalan (2–1).
-
90+4’ – Ramos menyamakan kedudukan (2–2).
-
Adu penalti (4–3) – Nuno Mendes jadi algojo terakhir PSG.
Rangkaian ini membalik momentum yang semula milik Spurs dan menutup malam dramatis pembuka musim Eropa. ESPN.com
Data & Fakta Penting
-
PSG meraih gelar Super Cup pertama dalam sejarah klub; mereka juga menjadi klub Prancis pertama yang menjuarai ajang ini. Wikipedia
-
Ousmane Dembélé terpilih sebagai Player of the Match berkat kontribusi langsung dalam proses gol penyeimbang dan ketenangan saat penalti. UEFA.com
Apa Kata Pelatih
Usai laga, Luis Enrique mengakui timnya “beruntung” di menit-menit akhir mengingat kondisi pramusim PSG yang lebih singkat dibanding Spurs—tetapi menegaskan mentalitas juara jadi pembeda. ESPN.com
Implikasi
Bagi PSG, trofi ini menegaskan kedalaman skuad dan daya tahan mental menjelang Ligue 1 serta kampanye UCL berikutnya. Untuk Tottenham, performa 80 menit pertama menunjukkan struktur defensif dan skema bola mati sudah on-track di era Frank—namun manajemen energi, rotasi, dan ketenangan di fase akhir laga perlu dibenahi untuk bersaing di Premier League. TalkSport