🌍 CBAM Resmi Diterapkan: Ekonomi Dunia Hadapi Tatanan Baru dalam Perdagangan Global
Mulai 1 Juli 2025, Uni Eropa (UE) secara resmi memberlakukan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM), atau Pajak Karbon Perbatasan, yang mewajibkan importir membayar bea tambahan atas produk dengan jejak karbon tinggi. Kebijakan ini menjadi tonggak sejarah dalam upaya global untuk menekan emisi karbon, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran serius di negara-negara berkembang yang belum memiliki infrastruktur ramah lingkungan memadai.
🔎 Apa Itu CBAM?
-
CBAM mewajibkan perusahaan yang mengimpor barang seperti baja, aluminium, semen, pupuk, dan listrik ke UE untuk membayar pajak berdasarkan kandungan karbon produk tersebut
-
Tujuannya: menjaga keadilan kompetisi dengan industri dalam negeri UE yang telah dikenai pajak karbon sebelumnya
-
Mekanisme ini berbasis pada perhitungan emisi produksi di negara asal, bukan hanya jejak karbon saat pengiriman
🌐 Negara-Negara yang Terkena Dampak
-
Indonesia, India, Vietnam, dan Afrika Selatan termasuk yang paling terdampak di sektor baja dan semen
-
Brasil dan Argentina mulai menyuarakan kekhawatiran atas ekspor pertanian mereka yang juga akan disasar pada tahap berikutnya
-
Tiongkok mengajukan protes resmi ke WTO, menyebut CBAM sebagai “bentuk proteksionisme hijau terselubung”
📉 Dampak Ekonomi Langsung
-
Biaya ekspor meningkat 10–35% untuk sektor industri berat yang tidak memenuhi standar karbon rendah
-
Ancaman hilangnya jutaan pekerjaan di sektor ekspor manufaktur negara-negara berkembang
-
Ketimpangan global semakin tajam: negara maju punya teknologi ramah lingkungan, negara miskin menanggung beban adaptasi
🏛️ Respon Internasional
-
WTO tengah meninjau legalitas CBAM, tetapi menyatakan belum ada pelanggaran aturan dagang internasional secara langsung
-
Bank Dunia dan IMF menawarkan skema transisi hijau berupa hibah dan pinjaman lunak untuk negara terdampak
-
G20 Summit 2025 akan membahas pengaruh CBAM terhadap rantai pasok global dan perdagangan adil
💡 Peluang dan Tantangan
-
CBAM dapat menjadi dorongan kuat untuk transisi energi bersih, namun memerlukan dukungan teknologi dan pendanaan
-
Negara berkembang mulai menggagas pakta regional produksi rendah karbon, seperti ASEAN Green Pact dan African Decarbonization Initiative
-
Perusahaan multinasional mulai memindahkan rantai pasok ke negara yang lebih “hijau” secara operasional
📌 Kesimpulan
CBAM membawa angin segar bagi komitmen iklim global, tetapi tanpa keadilan transisi, kebijakan ini bisa menjadi alat penindasan ekonomi baru. Uni Eropa memegang peran ganda: sebagai pemimpin lingkungan dan sekaligus ujian atas solidaritas global. Dunia kini harus menjawab pertanyaan mendasar: Bisakah kita selamatkan bumi tanpa mengorbankan mereka yang belum siap?