Jakarta, 4 Juli 2025 – Dunia maya di tahun 2025 makin canggih, namun juga makin berisiko. Seiring kemajuan teknologi seperti AI generatif, deepfake, dan chatbot otomatis, para penjahat siber pun semakin lihai memanfaatkan celah digital untuk menipu korban, bahkan mereka yang sudah paham teknologi.
Data dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menunjukkan lonjakan laporan penipuan digital hingga 48% pada semester pertama 2025 dibandingkan tahun sebelumnya. Dari berbagai bentuk penipuan yang marak, tiga jenis berikut dinilai paling berbahaya dan berkembang pesat karena eksploitasi teknologi canggih dan penyamaran yang nyaris sempurna.
1. 🤖 Penipuan Deepfake & AI Voice Cloning
Modus: Penjahat siber kini memanfaatkan teknologi deepfake dan kloning suara berbasis AI untuk meniru wajah dan suara tokoh terkenal atau bahkan anggota keluarga korban.
Contoh kasus:
-
Seorang wanita di Jakarta menerima video call dari “anaknya” yang minta uang untuk biaya rumah sakit. Suara dan wajah 99% mirip, padahal itu deepfake buatan penipu.
-
Pengusaha di Surabaya tertipu suara bos-nya yang menyuruh transfer dana via WhatsApp voice note.
“Teknologi AI saat ini bisa menghasilkan suara dan wajah digital yang sangat realistis hanya dari rekaman 3 detik,” jelas Dr. Rika Utami, pakar keamanan digital UI.
Tips Hindari:
-
Jangan langsung percaya pesan suara/video tanpa verifikasi.
-
Lakukan video call langsung dua arah, dan konfirmasi ulang lewat jalur lain (telepon atau tatap muka).
-
Aktifkan fitur verifikasi dua langkah pada akun digital.
2. 💼 Phishing Berkedok Lowongan Kerja & Undangan Event
Modus: Penipuan ini menyasar pencari kerja atau profesional muda, dengan email atau pesan WA palsu berisi undangan wawancara, webinar, hingga kerja sama. Link yang diklik ternyata berisi malware atau pencurian data pribadi.
Contoh umum:
-
Email dengan logo “LinkedIn”, berisi tautan undangan wawancara yang ternyata situs palsu.
-
File .PDF dengan undangan job fair ternyata mengandung virus keylogger.
Ciri khas:
-
Domain email mirip tapi bukan resmi (contoh: career@linkdin-support.com).
-
Bahasa sangat meyakinkan tapi mengandung tekanan waktu (“Hanya berlaku 24 jam”).
Tips Hindari:
-
Cek alamat email dengan teliti.
-
Jangan unduh file atau klik link tanpa memastikan keaslian.
-
Gunakan antivirus dan firewall aktif.
3. 💸 Investasi dan Giveaway Palsu di Media Sosial
Modus: Penipuan ini menyasar pengguna media sosial melalui iklan palsu, komentar bot, atau akun yang menyamar sebagai tokoh/influencer. Mereka menawarkan giveaway, investasi kripto, atau uang cepat yang mengharuskan korban mentransfer dana sebagai syarat awal.
Contoh nyata:
-
Akun palsu menyerupai artis atau youtuber ternama dengan janji “bagi-bagi Rp10 juta pertama untuk 100 follower”.
-
Aplikasi investasi “crypto mining” yang ternyata membawa kabur dana pengguna.
Menurut BSSN, banyak penipu menggunakan AI untuk membuat testimoni palsu dan animasi ‘saldo naik’, agar lebih meyakinkan.
Tips Hindari:
-
Jangan pernah transfer uang untuk “biaya admin hadiah”.
-
Pastikan akun yang mengiklankan benar-benar terverifikasi.
-
Waspadai aplikasi luar Play Store/App Store.
📌 Kesimpulan: Canggihnya Teknologi, Canggih Juga Modus Kejahatan
Tahun 2025 membawa transformasi digital yang luar biasa, namun juga membuka ruang bagi para pelaku kejahatan untuk mengecoh pengguna dengan teknologi yang semakin realistis. Masyarakat harus meningkatkan literasi digital dan tidak mudah percaya dengan informasi, suara, atau wajah digital tanpa verifikasi.
“Di era ini, bukan hanya data yang harus dijaga, tapi juga identitas digital dan kepercayaan diri sendiri,” tutup Dr. Rika.